Friday, April 27, 2012

Tips: Membuat Anak Percaya Diri

KOMPAS.com - Kepercayaan diri dalam diri seseorang dipengaruhi bagaimana pengasuhan orangtuanya. Kepercayaan diri yang dilatih sejak masa tumbuh kembang anak, akan melahirkan pribadi yang yakin atas dirinya, kompeten, dan menghargai dirinya secara sehat dan positif.

Agar anak percaya diri, menghargai diri, orangtua perlu mengaplikasikan pola asuh ini.

Pujian yang Tepat

Pujian memang baik untuk anak, namun jangan berlebihan. Jangan mengulang pujian pada anak yang sifatnya membangga-banggakan talenta dirinya. Seperti "Kamu adalah anak terpintar di sekolah" atau "Kamu adalah pebasket terandal". Jangan memberikan pujian yang membuatnya terbebani untuk selalu menjadi si terhebat.

"Berikan pujian pada usahanya dalam meraih sukses, bukan pada talenta yang dimilikinya," jelas Shari Young Kuchenbecker, PhD, asisten profesor psikologi di Chapman University, Orange, California.

Menurut penelitian di Columbia University, anak-anak merasa lebih senang dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka mendapatkan pujian atas usahanya. Seperti dengan mengatakan, "Kamu bekerja keras" atau "Hebat, Kamu bisa menyelesaikan tugas dengan baik". Kata-kata motivasi lebih berbekas bagi anak-anak ketimbang pujian seperti "Ayah bangga denganmu Nak"

Jangan Berikan Label pada Anak

Jangan pernah mengucapkan, "Dasar anak laki-laki!" saat melihat perilaku "bandel" nya. Label yang menekankan pada stereotip gender ini hanya menunjukkan seakan anak laki-laki tak berperilaku baik atau tak bisa mengontrol perilakunya.

Orangtua perlu berhati-hati dengan setiap ucapannya. "Pesan yang direkam anak dari ucapan orangtuanya berperan besar terhadap bagaimana anak menghargai dirinya," jelas Paul W Schenk, PsyD.

Semoga bermanfaat untuk para orang tua dan para pendidik.

~Love from Bunda Khalifah Preschool 15

Thursday, October 20, 2011

Outing to McDonald's (Wednesday - Oct 19, 2011)

Subhanallah...! Senangnya anak-anakku kemarin pergi outing ke McDonald's.

Mereka sungguh bersemangat. Kata mereka, "Bunda, kita mau makan ayam, khan...??" celoteh Qiqa, sehari sebelum keberangkatan.

"Iya sayang... tetapi kita tidak hanya makan ayam, kita bisa melihat proses pembuatannya sewaktu ayam digoreng," jawabku. Ku teruskan dengan pertanyaan, "Sekarang anak Bunda, siapa yang mau jadi pengusaha ayam goreng yang enak???"

"Sayaaa... Bundaaa!!" serentak anak-anakku menjawab.

Setibanya di MacD mereka semua sudah tidak sabar untuk melihat ruangan dapur yang kentara dari ekspresi mereka yang sangat penasaran ketika kakak MacD mulai menjelaskan cara pembuatan minuman dan es krim. Kata kakak McD, "Siapa yang mau es kriiim...??"

"Sayaaaa...!!!" seru semua anak.

Sesudah berkeliling mereka semua mendapatkan es krim. Wooow, enaknya....!!

Sepulangnya dari MacD anak-anak mulai saling bercanda, "Rafa... kamu mau nggak jadi tukang ayam goreng? Khan enak, setiap hari bisa makan ayam." kata Rara.

"Aah, nggak ah!! Aku ga mau jadi tukang ayam goreng. Aku maunya jadi pengusaha ayam goreng," jawab Rafa.

Subhanallah... Aku hanya tersenyum senang melihat anak-anakku sudah berminat untuk menjadi seorang "Entrepreneur". Bunda doakan, semoga cita-cita kalian tercapai.

Amien ya rabbal 'alamiin...

Love to all my Kids

Thursday, May 26, 2011

Outing to Pabrik Sari Roti (Kamis, 26 Mei 2011)

Bissmillah,,, hari ini outing ke Sari Roti, Jabbabeka Bekasi
Anak-anak sangat semangat semua datang lebih pagi :)
Semoga perjalanan menuju ke Sari Roti, berjalan dengan lancar.

Amiin...

Friday, May 20, 2011

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis)

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara, dan organ lainnya.

Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat iodium dalam tubuh.

Pengobatan Penyakit Gondongan

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya parasetamol dan sejenisnya, aspirin tidak boleh diberikan pada anak-anak karena memiliki risiko terjadinya sindroma Reye (pengaruh aspirin pada anak-anak).

Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring di tempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pankreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus. Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.

Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam self-limiting disease (penyakit yang sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, serta diberikan diet makanan cair dan lunak.

Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (pewarna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses penyembuhan.

[source: www.infopenyakit.com]

Wednesday, April 27, 2011

Pengaruh TV Terhadap Kesehatan Anak

[Watching TV: Even Worse for Kids Than You Think]
Tidak hanya obesitas atau berat badan yang berlebihan, ternyata TV juga memberikan pengaruh yang lebih buruk terhadap kesehatan anak-anak. Penelitian baru menemukan bahwa kebiasaan menonton TV pada anak ternyata juga dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi yang nantinya memperbesar resiko penyakit jantung ketika mereka dewasa.

Menurut penelitian yang merupakan kerja antara para peneliti Amerika dan Spanyol ini, anak-anak yang memiliki kebiasaan menonton TV selama 90 sampai 330 menit sehari ternyata memiliki tekanan darah sistol dan diastol 5 sampai 7 poin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang hanya menonton TV kurang dari 1,5 jam sehari. Anak-anak dalam penelitian ini rata-rata berusia 3 sampai 8 tahun.

American Academy of Pediatrics sendiri sebelumnya telah merekomendasikan bahwa anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun seharusnya tidak boleh menonton TV sama sekali, sementara itu bagi anak-anak berusia di atasnya hanya dianjurkan untuk menonton TV selama 1 sampai 2 jam sehari.

Jadi, kenapa menonton TV dapat meningkatkan tekanan darah anak-anak?

Sang peneliti mencoba memberikan beberapa penjelasan, diantaranya kebiasaan menonton TV sering diikuti dengan menikmati cemilan yang tidak sehat terutama yang mengandung banyak garam yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dan biasanya makanan-makanan ini dapat habis dalam waktu yang lebih cepat ketika dilakukan sambil menonton TV.

Selain itu, kebiasaan menonton TV yang dilakukan dengan waktu tidur dapat membuat pikiran anak tetap terstimulasi, cukup untuk membuat mereka terjaga dan kehilangan waktu tidurnya yang berharga sebanyak beberapa jam. Menurut penelitian terdahulu, pemotongan terhadap waktu tidur yang baik dapat mengarah kepada meningkatnya berat badan dan resiko hipertensi, karena metabolisme tubuh tidak memiliki cukup kesempatan untuk bekerja memperbaiki diri.

Isi dari tayangan TV juga memiliki pengaruh buruk jangka panjang terhadap kesehatan anak. Di usia di mana anak sedang membentuk kebiasaan pola makan mereka, iklan-iklan TV yang kebanyakan menayangkan makanan yang tidak sehat dapat berpengaruh besar terhadap pola makan mereka dan akan melekat dalam pikiran mereka sampai beranjak dewasa.

[source: gigisehatbadansehat.blogspot.com]

Saturday, April 16, 2011

Mencari Tarian Anak

Ternyata mencari Tarian Anak lebih susah daripada mengajari anak untuk belajar menari

Prepare Ourselves for Tomorrow's Children

Hari ini para Bunda belajar Inggris (English language) dalam rangka menyiapkan Khalifah Preschool 15 menuju full bilingual TP 2012/2013.