Showing posts with label Reflection. Show all posts
Showing posts with label Reflection. Show all posts

Sunday, January 2, 2011

Mari Lebih Menyayangi Keluarga

Berikut adalah artikel pendek mengenai pentingnya sikap kita kepada orang-orang terdekat kita, yaitu keluarga. Seringkali kita lupa, dengan orang lain kita bersikap baik dan lemah lembut, namun dengan keluarga sendiri apakah itu istri, suami, atau anak-anak, kita bersikap kasar dan keras.

Selamat Tahun Baru 2011...
Semoga tahun penuh tantangan ini dapat dilalui dengan sebaik-baiknya
Dan semoga Allah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amien...

*** Mari Lebih Menyayangi Keluarga ***

“Toleransi sering diberikan tanpa syarat pada orang lain, tapi pada orang-orang terdekat, kita sering bersikap keras. Mari lebih menyayangi keluarga,” itu tweet saya pagi ini.

Dengan dalih memberi pelajaran pada orang-orang terdekat, kita sering bersikap keras, sering mengkritik, atau yang lebih ekstrim mencela. Kita berpikir untuk memperbaiki (lebih tepat mengubah) sikap dan perilaku orang-orang terdekat akan lebih efektif dengan cara yang sedikit lebih keras.

Dengan dalih juga sudah terlalu sering ditegur baik-baik tapi tetap saja tidak berubah, sehingga teguran berikutnya pasti lebih keras dari yang pertama. Semakin keras anda 'berteriak', apakah itu berkorelasi terhadap perubahan sikap pihak yang kita tegur, kemungkinan malah akan mendapatkan resistensi, bisa juga membuat orang yang kita sayangi tersebut sakit hati, yang malah akan membuat runyam.

Kita juga sering berdalih jika yang bersalah adalah pihak luar (bukan orang orang terdekat kita), buat apa kita menegur, toh dia bukan apa apa kita. Atau karena ingin mempertahankan hubungan baik, kita malah berkompromi dengan kesalahannya. Itu tidak salah sih. Tapi itu tidak adil (setidaknya menurut saya).

Bagaimana kalau logikanya dibalik. Sederhana saja, orang-orang terdekat kita adalah orang-orang yang setiap hari dalam 24 jam sering bertemu kita, bergantung pada kita, memuja kita, atau merawat kita, itulah yang harus kita jaga secara fisik dan psikis. Bukankah luka yang ditimbulkan oleh orang-orang yang kita sayangi adalah yang paling membekas di hati kita. Kalau orang lain mah, sekarang melukai besok kita sudah lupa, karena tidak setiap hari ketemu, kerusakan yang ditimbulkannya tidaklah terlalu dalam.

Saya ingat 'quote' dari Mario Teguh:
Jika kita diam, kehidupan diam.
Jika kita curiga, kehidupan berlaku seperti pantas dicurigai.
Jika kita mengkritik, kehidupan tampil semakin layak dikritik.

Ahh... saya harus banyak belajar bagaimana membuat orang-orang terdekat saya mempunyai kehidupan yang tidak layak dikritik.

Orang-orang terdekat sayalah yang harus lebih saya jaga perasaannya, karena merekalah hidup saya.

Thursday, December 23, 2010

Maafkan Aku, Ya Mama... Aku Sayang Mama...!


Dari seorang sahabatku... (true story)

Sore kemarin (kemarin aku lupa, hari ini Hari Ibu). Kebetulan pulang kantor lewat Rawamangun. Karena kebetulan itu juga aku jadi mampir kerumah mamaku. Di perjalanan daerah IKIP aku telpon mama, bilang mau mampir tapi nggak bisa lama takut macet kalau kemalaman. Hampir tiga minggu aku tidak bertemu. Pikirku waktu itu cuma sekedar kewajiban sebagai anak saja menengok ibunya.

Selama perjalanan sampai di mulut gang rumah mama, pikiranku masih tentang kerjaan kantor. Mama ternyata sudah menungguku di pintu pagar. Terlihat segar matanya berbinar, bibirnya tersenyum lebar. Jalannya mulai sedikit tertatih.

"Mah, mau langsung pulang saja," ucapku sambil cium pipi Mama. Itu kata pertama saat aku sampai, tanpa sempat menunggu Mama bilang apa-apa.

Mama cuma tersenyum mengangguk sambil pegang pipiku. Cuma begitu saja, tidak lebih dari lima menit, setelah itu aku langsung pulang.

*** Pagi ini...
Di atas speedboat tujuan mengehadiri acara peringatan Hari Ibu di Kepulauan Seribu. Di tengah goncangan ombak yang menghentak-hentak laju speedboat, seperti juga hentak-hematakan rindu aku dengan mamaku.

Aku menyesal, kenapa kemarin aku tidak menghabiskan waktu banyak-banyak untuk bersama Mama. Samar aku seperti mencium wangi pipinya.

"Mama harus selalu wangi, takut bau kalau dicium sama cucu dan kamu," begitu Mama suka bercanda ngomong begitu ke aku anaknya.

Sore kemarin ketemu Mama... rasanya pengen aku ulang lagi. Datang mencium tangannya, memeluknya erat-erat dan lama, bercerita tentang aura kerinduan kepada Mama, dan lainnya... dan lainnya...

Pastinya, mama berharap banyak sejak ketika aku telpon mau mampir kemarin.

Maafkan aku, ya, Ma... Aku sayang Mama!

Wednesday, December 22, 2010

Happy Mother's Day - Selamat Hari Ibu!

Seorang Ibu terduduk di kursi rodanya suatu sore di tepi danau, ditemani anaknya yang sudah berkeluarga dan hidup mapan.

Si ibu bertanya, "Itu burung apa yang berdiri di sana, nak?"

"Bangau, Mama" anaknya menjawab dengan sopan.

Tak lama kemudian si mama bertanya lagi, "Itu yang warna putih, burung apa?"

Sedikit kesal anaknya menjawab, "Ya bangau, Mama...?"

Kemudian ibunya kembali bertanya, "Lantas, itu burung apa?" ibunya menunjuk burung bangau tadi yang sedang terbang.

Dengan nada kesal si anak menjawab, "Ya, bangau Mama. Khan sama saja! Memangnya Mama nggak liat dia terbang?!"

Air menetes dari sudut mata si Mama sambil berkata pelan, "Dulu 35 tahun yang lalu aku memangku-mu dan menjawab pertanyaan yang sama untukmu sebanyak sepuluh kali,... saat ini mama hanya bertanya tiga kali, tapi kamu membentak mama dua kali..."

Si anak terdiam... Lantas memeluk mamanya erat-erat sambil menangis dengan penuh penyesalan.

***

Pernahkah kita memikirkan apa yang telah diajarkan oleh seorang mama kepada kita?
Sayangilah ibumu dengan sungguh-sungguh. Mohon ampunan jika kamu pernah menyakiti hati Ibumu.
  • Pernahkah kita marah-marah kepada ibu? Kalau kita mau jujur kepada diri sendiri pasti akan menjawab, "Pernah...!"
  • Pernahkah kita cuek dengan ibu kita? "Pernah...!"
  • Pernah kita memikirkan apa yang ibu pikirkan? Pasti "Tidak pernah...!"
Sungguh tahukah kamu apa yang sering dipikirkan seorang ibu?
Rasa takut dan khawatir:
  • Ibu takut tidak bisa melihat kita anak-anaknya tersenyum, menangis, atau tertawa lagi.
  • Ibu takut tidak bisa mengajari kita lagi tentang banyak hal dalam kehidupan.
Semua itu karena waktu bagi seorang ibu sangat singkat.
Saat ibu menutup mata, tidak akan ada lagi yang cerewet. Kelak saat kita menangis memanggil ibu, apa yang dia balas?
Dia cuma diam terbujur kaku.
Namun bayangan ibu akan tetap di samping kita seraya berkata, "Anakku,... jangan menangis. Mama masih di sini. Mama masih tetap, dan akan selalu, menyayangimu."

Sayangilah ibumu sebelum waktunya habis.

Happy Mother's Day!